Sabtu, 19 Maret 2016

Penyebab Berkurangnya Berat saat Berada dalam Air

Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, beratnya seolah-olah berkurang. Hal ini diakibatkan karena adanya gaya yang mendorong benda tersebut melawan arah berat benda. Contoh sederhananya, apabila kita berada di air kita akan merasa bahwa kita lebih ringan daripada saat berada di darat. Hal inilah yang dipelajari oleh Archimedes, seorang ilmuwan asal Yunani. Beliau menyimpulkan bahwa:
"Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya"
Jadi jelaslah bahwa gaya apunglah yang menyebabkan berat kita berkurang saat berada di dalam air. Secara matematis hukum Archimedes dapat dituliskan sebagai berikut:

Wba=Wbu - Fa

Keterangan:
Wba=Berat benda dalam air (N)
Wbu=Berat benda di udara (N, didapat dari massa dikali gravitasi)
Fa     =Gaya apung (N)

Gaya apung atau Fa dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
Fa= ρcair x V x g

Keterangan:
Fa     =Gaya apung (N)
ρcair =Massa jenis zat cair (kg/m3)
V      =Volume zat cair yang dipindahkan (m3)
g       =Percepatan gravitasi (m/s2)

Konsep gaya Archimedes berlaku untuk semua zat yang dapat mengalir (seperti air dan udara). Berdasarkan konsep gaya Archimedes, kedudukan benda dalam zat alir dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Mengapung
Hasil gambar untuk mengapung melayang tenggelam


Suatu benda dikatakan mengapung apabila benda tersebut berada di permukaan suatu zat alir. Hal ini dapat terjadi karena gaya apung zat alir lebih besar dari gaya berat benda (Fa>w).
2. Melayang

Benda dapat melayang apabila  gaya ke atas (gaya apung) sama dengan gaya beratnya (Fa=w).
3. Tenggelam

Benda dapat tenggelam apabila gaya apungnya lebih kecil dari gaya berat (Fa<w).

Hukum Archimedes sangat banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, kapal laut dan jembatan ponton.




Baca juga

7 Tipe letusan gunung berapi
Lapisan atmosfer Bumi
Objek luar angkasa yang dapat dijadikan tempat tinggal








7 Tipe Letusan Gunung Berapi

Setiap gunung api memiliki tipe letusan yang berbeda-beda, tergantung pada kedalaman dapur magma, tekanan gas, serta viscositas dari lava yang ada di gunung api tersebut. Ada 7 tipe  letusan gunung api, yaitu:
1. Tipe Hawaii

Letusannya berupa lelehan dan letupan dengan lava yang cair, dapur magma gunung api tersebut dangkal, dan tekanan gasnya rendah.

2. Tipe Stromboli

-Letusan berupa letupan dan lelehan
-Tekanan gas sedang
-Meletus secara periodik
-Mengekuarkan lava disertai bom dan lapili.
Contoh:G. Raung dan G. Stromboli

3. Tipe Vulkano

Vulkano lemah:
-tekanan gas sedang
-dapur magma dangkal
-mengeluarkan material padat
contoh:G. Bromo dan G. Semeru
Hasil gambar untuk gunung semeru meletus dahsyat

Vulkano kuat:
-tekanan gas tinggi
-dapur magma dalam
-letusan kuat






4. Tipe Merapi
Hasil gambar untuk gunung merapi meletus dahsyat
Ciri-ciri:
-letusan berupa hembusan gas
-viskositas(kekentalan) lava tinggi
-dapur magma dangkal
-tekanan gas rendah

5. Tipe St. Vincent
Ciri-ciri:
-lava cair dan liat
-letusan hebat

6. Tipe Pelle
Ciri-ciri:
-sumbat kawah tinggi
-dapur magma dalam
-tekanan gas tinggi
-memancarkan gas pijar bersuhu 200oC
Contoh: G. Montagna Pelee

7. Tipe Perret
Hasil gambar untuk letusan gunung krakatau


Ciri-ciri:
-letusan paling hebat
-dapur magma sangat dalam
-tekanan gas sangat tinggi
-lava kental
Contoh:G. Krakatau


Baca juga








Lapisan atmosfer Bumi
Objek luar angkasa yang dapat dijadikan tempat tinggal
Penyebab berkurangnya berat saat berada dalam air