Jumat, 29 April 2016

Temperatur Udara dan Rumus Penentuan Suhu Berdasarkan Ketinggian

Clouds, Sky, Cloudy, Blue, White Cloud, Cloud
    Temperatur udara merupakan tinggi randahnya suhu udara. Temperatur udara di masing-masing tempat di Bumi berbeda-beda karena beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah garis lintang, garis lintang yang berbeda akan menunjukan intensitas penyinaran matahari yang berbeda. Seperti contohnya di Indonesia yang berada di garis lintang tropis, intensitas penyinaran matahari cukup tinggi sehingga sering terjadi penguapan dan pada akhirnya menyebabkan cuarah hujan di Indonesia meningkat. Berbeda dengan di daerah beriklim sedang maupun sub tropis, matahari hanya akan muncul pada saat-saat tertentu sehingga menyebabkan terjadinya empat musim. Contohnya di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Faktor kedua adalah adalah ketinggian. Semakin tinggi letak suatu tempat maka semakin rendah temperatur di tempat tersebut. Nah, ada sebuah rumus untuk menentukan temperatur udara berdasarkan ketinggian, yaitu:

Tx=T0 - (0,64 x  Δh/100)oC

Dengan:
Tx      Temperatur rata-rata di tempat x
T0   = Temperatur di tempat awal
Δh  = Selisih ketinggian tempat  x dengan tempat awal



Misal:
Suhu di kota A yang berketinggian 20 m dpal adalah 26,4oC. Berapa Suhu di Kota B yang memiliki ketinggian 1020 m dpal?
Jawaban:
Berdasarkan rumus maka,
Tx= 26,4oC - (0,64 x 1020-20/100)oC
Tx= 26,4oC - (0.64 x 1000/100)oC
Tx= 26,4oC- 6,4oC
Tx= 20oC
Jadi, suhu di Kota B adalah 20oC


 Rumus tersebut didapatkan dari sifat dasar  lapisan troposfer, yaitu setiap naik 100 meter maka suhu akan berkurang 0,64oC. Jadi rumus tersebut  tidak dapat digunakan untuk lapisan di atas troposfer.
Di dalam peta tematik yang khusus menggambarkan suhu di daerah tertentu biasanya tempat-tempat dengan suhu yang sama dihubungkan dengan garis yang disebut isoterm.

Sekian artikel dari saya, semoga bermanfaat.



Baca Juga 

Penyebab Berkurangnya Berat saat Berada dalam Air
7 Tipe letusan gunung berapi
Lapisan atmosfer Bumi
Objek luar angkasa yang dapat dijadikan tempat tinggal
Tiga pergerakan lempeng Bumi













Sabtu, 16 April 2016

Tiga Bentuk Pergerakan Lempeng Bumi

Kerak Bumi terbagi menjadi beberapa lempeng tektonik. Lempeng lempeng-tersebut terus bergerak karena pengaruh lapisan dibawahnya. Jika kita bandingkan antara ketebalan lempeng-lempeng tersebut dengan lapisan magma di bawahnya, kita akan mendapatkan perbandingan 1:42 ini berarti lempeng-lempeng tersebut bagaikan rakit yang mengambang di lautan dalam. 
Akibat adanya pergerakan magma di lapisan mantel (astenosfer), maka lapisan kerak Bumi yang terdiri atas banyak lempeng juga akan bergerak. Pergerakan lempeng ini dikenal dengan istilah diastropisme. Berdasarkan arah pergerakannya terhadap lempeng yang lain, pergerakan lempeng dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Konvergen
Konvergen merupakan gerak saling mendekat antara dua lempeng atau lebih, gerakan konvergen ini akan menghasilkan zona subduksi (subduction zone) atau zona penunjaman. Di zona ini akan terbentuk palung yang dalam sedangkan di bagian atasnya akan terbentuk jalur pegunungan.
Contoh pegunungan yang terbentuk akibat gerak konvergen adalah jalur pegunungan yang melewati pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
Pergerakan secara konvergen (konvergensi) akan selalu menghasilkan pegunungan namun belum tentu menghasilkan palung. Gerak konvergen akan menghasilkan palung apabila zona subduksi berada di bawah permukaan air laut. Zona subduksi ini muncul akibat adanya penunjaman dimana lempeng samudera akan menunjam ke bawah lempeng benua seperti pada gambar di atas. Hal ini disebabkan karena kerak samudra lebih padat dibandingkan kerak benua. Namun, gerak konvergen tidak selalu menghasilkan zona subduksi. Gerak konvergen juga dapat menghasilkan zona kolisi (zona tumbukan) apabila yang saling bergerak mendekat adalah lempeng benua. Tumbukan lempeng benua ini dapat menghasilkan rangkaian pegunungan dengan ketinggian yang amat tinggi. Contohnya adalah pegunungan Himalaya, pegunungan ini terbentuk akibat adanya gerak konvergensi antara benua Eurasia dengan anak benua India, dalam hal ini anak benua India lah yang bergerak menumbuk benua Eurasia. 

Gerak anak benua India menumbuk benua Eurasia


2. Divergen
Divergen merupakan kebalikan dari konvergen, divergen dapat diartikan sebagai gerak saling menjauhnya lempeng tektonik. Gerak ini akan menyebabkan magma yang ada di perut Bumi naik ke kerak Bumi dan membentuk Mid-Oceanic Ridge yang salah satunya berada di dasar samudera Atlantik.
 

Gerak divergen disebut juga gerak konstruktif karena bersifat membangun. Magma yang keluar dari perut bumi akan membeku setelah mencapai dasar laut. Bekuan magma ini membentuk sebuah rangkaian yang akan terus mengembang.

3. Sesar Mendatar ( Transform)

Sesar mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah) antarlempeng tektonik. Contohnya, gesekan antara lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam yang dihasilkan antara lain patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat menimbulkan gempa bumi. Contoh: Sesar Sam Andreas di California.




Baca Juga 

Penyebab Berkurangnya Berat saat Berada dalam Air
7 Tipe letusan gunung berapi
Lapisan atmosfer Bumi
Objek luar angkasa yang dapat dijadikan tempat tinggal
Tiga pergerakan lempeng Bumi