Jumat, 27 Desember 2019

Secercah Pengalaman dalam Organisasi di SMA part II

Bulan Agustus 2018, saat ini aku sudah kelas XI dan waktu yang aku tunggu-tunggu telah tiba. Calon anggota Satgas yang baru sudah ada dan akan menggantikan kami. Pergantian keanggotaan ini bisa dibilang terlambat satu bulan lebih. Reaksi pada saat pergantian ini pun juga beragam, ada yang sedih, terharu, dan ada juga yang senang. Jujur waktu itu aku sebenarnya sangat senang karena akan terbebas dari tugas wakakakak. Dan dalam niatan hatiku sama sekali tidak ada keinginan untuk lanjut menjadi DOK 1819. Aku ingin menikmati hidup sebagai siswa biasa, ingin menikmati HUT sekolah (karena jika mencalonkan diri menjadi DOK maka kita diharuskan menjadi panitia, bukan penikmat HUT-nya), dan meningkatkan kemampuan diri di bidang akademik. Gelagat ini sudah terlihat sebelum pergantian anggota. Aku yang awalnya rajin bertugas menjadi agak malas. Tapi hal seperti ini bisa dimaklumi karena setiap orang pasti bisa jenuh dan untuk merefreshnya lagi perlu sedikit waktu untuk meninggalkan berbagai tugas yang ada. Dan benar adanya, setelah beberapa waktu meninggalkan tugas aku mulai ingin kembali seperti sedia kala berkumpul bersama teman-teman Satgas, melakukan tugas bersama, dan hang out bersama saat ada waktu. Aku mulai memikirkan lagi keinginanku untuk menjadi siswa biasa tanpa organisasi. Aku berpikir tanpa organisasi ini aku akan jauh dengan teman-teman yang dulu aku sering ajak bertugas. Tidak mudah untuk mencari teman karib seperti mereka semua. Kekuatan pertemanan dan kerinduan dengan mereka membuatku memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Kamtib periode 2018/2019 walaupun dengan rasa ragu di hati. Keraguan ini sebenarnya disebabkan karena konsekuensi yang akan aku hadapi nantinya. Aku harus membatalkan niatanku untuk menikmati HUT sekolah, aku juga harus mengatur ulang strategiku dalam hal akademik. Waktu itu aku sangat berambisi untuk bisa mengikuti International Earth Science Olympiad (IESO) 2019 yang akan diadakan di Korea Selatan. Selama menjadi Satgas aku akui aku kurang maksimal dalam bertugas karena ambisiku ini. Waktu itu bisa dibilang sudah setengah jalan aku menuju  IESO karena aku sudah berhasil meraih medali di OSN Kebumian. Peraih medali itu nantinya akan diseleksi dalam empat tahap pelatnas. Aku merasa yakin aku sudah dekat dengan tujuanku untuk mengikuti IESO. Hal ini lah yang sebenarnya agak mengganjal saat aku akan mencalonkan diri menjadi Kamtib, karena jika nanti aku menjadi Kamtib tentunya aku tidak akan bisa lagi fokus dalam mengejar IESO ini karena aku juga harus bertugas sebagai Kamtib. Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti saja seleksi Kamtib, namun aku sama sekali tidak berniat untuk menduduki posisi tinggi cukup anggota biasa karena aku masih memiliki ambisi dalam IESO.
Desember 2018 merupakan waktu yang berat. Sama seperti tahun sebelumnya kami para calon harus menyiapkan berbagai keperluan pembekalan sampai larut malam. Akan tetapi tahun ini aku tidak terkejut lagi, aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas seperti ini. Dalam suasana banyak tugas dan penuh tekanan dari senior aku mencoba untuk tetap tenang. Toh bukan aku saja yang merasakan hal seperti ini, teman-temanku juga. Di sini lah aku merasakan kebersamaan yang sangat mengetuk hati, berbagi rasa bersama kawan-kawan karib baik itu suka, duka, keringat lelah, dan air mata telah membentuk kami menjadi tim yang solid. Di sini aku belajar betapa indahnya sebuah kebersamaan. Waktu itu pembekalan kami diadakan di Desa Galungan, sebuah desa yang terletak 75 menit dari Singaraja. 
Pembekalan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kini aku bukan lagi Satgas yang harus dipimpin oleh kakak kelas tapi aku lah yang harus memimpin adik-adik Satgas di tengah tekanan dari senior kami yang sudah kelas tiga. Aku mulai belajar membuat suatu keputusan yang akan berpengaruh bagi rekan satu tim. Saat ini aku memberanikan diri untuk menjadi pemimpin ton dan pemimpin keberangkatan. Tidak mudah memang, karena menjadi pemimpin bukan saja memikirkan diri sendiri namun juga orang lain. Pengalaman tiga hari mengikuti pembekalan sebagai pemimpin ton menjadi pelajaran berharga bagiku untuk siap menjabat sebagai Koordinator Razia Gerbang di Kamtib SMANSA.

1 komentar: