Jumat, 27 Desember 2019

Secercah Pengalaman dalam Organisasi di SMA part II

Bulan Agustus 2018, saat ini aku sudah kelas XI dan waktu yang aku tunggu-tunggu telah tiba. Calon anggota Satgas yang baru sudah ada dan akan menggantikan kami. Pergantian keanggotaan ini bisa dibilang terlambat satu bulan lebih. Reaksi pada saat pergantian ini pun juga beragam, ada yang sedih, terharu, dan ada juga yang senang. Jujur waktu itu aku sebenarnya sangat senang karena akan terbebas dari tugas wakakakak. Dan dalam niatan hatiku sama sekali tidak ada keinginan untuk lanjut menjadi DOK 1819. Aku ingin menikmati hidup sebagai siswa biasa, ingin menikmati HUT sekolah (karena jika mencalonkan diri menjadi DOK maka kita diharuskan menjadi panitia, bukan penikmat HUT-nya), dan meningkatkan kemampuan diri di bidang akademik. Gelagat ini sudah terlihat sebelum pergantian anggota. Aku yang awalnya rajin bertugas menjadi agak malas. Tapi hal seperti ini bisa dimaklumi karena setiap orang pasti bisa jenuh dan untuk merefreshnya lagi perlu sedikit waktu untuk meninggalkan berbagai tugas yang ada. Dan benar adanya, setelah beberapa waktu meninggalkan tugas aku mulai ingin kembali seperti sedia kala berkumpul bersama teman-teman Satgas, melakukan tugas bersama, dan hang out bersama saat ada waktu. Aku mulai memikirkan lagi keinginanku untuk menjadi siswa biasa tanpa organisasi. Aku berpikir tanpa organisasi ini aku akan jauh dengan teman-teman yang dulu aku sering ajak bertugas. Tidak mudah untuk mencari teman karib seperti mereka semua. Kekuatan pertemanan dan kerinduan dengan mereka membuatku memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Kamtib periode 2018/2019 walaupun dengan rasa ragu di hati. Keraguan ini sebenarnya disebabkan karena konsekuensi yang akan aku hadapi nantinya. Aku harus membatalkan niatanku untuk menikmati HUT sekolah, aku juga harus mengatur ulang strategiku dalam hal akademik. Waktu itu aku sangat berambisi untuk bisa mengikuti International Earth Science Olympiad (IESO) 2019 yang akan diadakan di Korea Selatan. Selama menjadi Satgas aku akui aku kurang maksimal dalam bertugas karena ambisiku ini. Waktu itu bisa dibilang sudah setengah jalan aku menuju  IESO karena aku sudah berhasil meraih medali di OSN Kebumian. Peraih medali itu nantinya akan diseleksi dalam empat tahap pelatnas. Aku merasa yakin aku sudah dekat dengan tujuanku untuk mengikuti IESO. Hal ini lah yang sebenarnya agak mengganjal saat aku akan mencalonkan diri menjadi Kamtib, karena jika nanti aku menjadi Kamtib tentunya aku tidak akan bisa lagi fokus dalam mengejar IESO ini karena aku juga harus bertugas sebagai Kamtib. Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti saja seleksi Kamtib, namun aku sama sekali tidak berniat untuk menduduki posisi tinggi cukup anggota biasa karena aku masih memiliki ambisi dalam IESO.
Desember 2018 merupakan waktu yang berat. Sama seperti tahun sebelumnya kami para calon harus menyiapkan berbagai keperluan pembekalan sampai larut malam. Akan tetapi tahun ini aku tidak terkejut lagi, aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas seperti ini. Dalam suasana banyak tugas dan penuh tekanan dari senior aku mencoba untuk tetap tenang. Toh bukan aku saja yang merasakan hal seperti ini, teman-temanku juga. Di sini lah aku merasakan kebersamaan yang sangat mengetuk hati, berbagi rasa bersama kawan-kawan karib baik itu suka, duka, keringat lelah, dan air mata telah membentuk kami menjadi tim yang solid. Di sini aku belajar betapa indahnya sebuah kebersamaan. Waktu itu pembekalan kami diadakan di Desa Galungan, sebuah desa yang terletak 75 menit dari Singaraja. 
Pembekalan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kini aku bukan lagi Satgas yang harus dipimpin oleh kakak kelas tapi aku lah yang harus memimpin adik-adik Satgas di tengah tekanan dari senior kami yang sudah kelas tiga. Aku mulai belajar membuat suatu keputusan yang akan berpengaruh bagi rekan satu tim. Saat ini aku memberanikan diri untuk menjadi pemimpin ton dan pemimpin keberangkatan. Tidak mudah memang, karena menjadi pemimpin bukan saja memikirkan diri sendiri namun juga orang lain. Pengalaman tiga hari mengikuti pembekalan sebagai pemimpin ton menjadi pelajaran berharga bagiku untuk siap menjabat sebagai Koordinator Razia Gerbang di Kamtib SMANSA.

Rabu, 25 Desember 2019

Secercah Pengalaman dalam Organisasi di SMA part I

Masa SMA merupakan masa penuh pengalaman seru. Berbeda halnya dengan masa SMP yang kehidupan kita masih banyak diatur orang tua, pengalaman SMA lebih bebas dan lebih luas daripada itu. Keleluasaan untuk mengikuti berbagai kegiatan dan orang tua yang masih bertanggung jawab untuk menghidupi kita membuat masa SMA tidak hanya seru, namun juga sangat bebas dari beban pikiran.
Masa SMA ku di SMANSA Singaraja dimulai pada bulan Juli 2017. Memasuki gerbang sekolah pada masa itu membuat jantung berdebar, merasa takut sampai-sampai mengeluarkan keringat dingin. Betapa tidak, masa-masa itu adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau singkatnya disebut MPLS. Senior kami yang kami panggil dengan sebutan 'raka' untuk senior laki-laki dan 'rai' untuk senior perempuan dengan nada tinggi membentak kami bahkan saat kami baru saja menginjakkan kaki di gerbang sekolah. Mereka berasal dari tiga organisasi top di SMANSA, yaitu DPS, OSIS, dan Kamtib periode 2016/2017. Untuk selanjutnya dimulailah masa-masa ketertarikanku terhadap ketiga organisasi ini. Pada masa-masa MPLS itu aku diberi tugas untuk merencanakan hidup saya selama tiga tahun bersekolah di SMANSA dan dengan mantap aku menulis bahwa aku akan bergabung dengan organisasi DPS, OSIS, Kamtib suatu saat nanti. Motivasiku tidak muluk-muluk. Aku mengikuti organisasi intra sekolah ini karena aku tahu bahwa dengan ini aku akan mendapat lebih banyak teman, lebih banyak relasi, dan bisa membuat masa SMA ku lebih seru daripada yang lain. 
Singkat cerita untuk mengikuti ketiga organisasi yang orang SMANSA sering sebut sebagai DOK (DPS, OSIS, Kamtib) itu kami siswa baru harus bergabung dalam keanggotaan Satgas. Satgas merupakan kependekan dari Satuan Petugas yang berisi siswa-siswa baru yang ingin memasuki dunia keorganisasian di SMANSA. Mereka memiliki tugas untuk membantu tugas DOK dan menjadi kader bagi DOK selanjutnya. Walaupun sebenarnya untuk menjadi DOK tidak harus bergabung menjadi Satgas dahulu, namun akan lebih mudah nantinya untuk menjadi DOK apabila sudah bergabung dengan Satgas terlebih dahulu. Bersama teman OSIS ku sewaktu SMP yaitu Pande, Handika, dan Dimdim aku dengan penuh semangat mendaftar dalam kepengurusan Satgas. Dan lagi-lagi aku terkejut di sini. Aku mengira bahwa seleksi masuk Satgas itu akan mudah dilewati -yak hal ini memang sesuatu yang salah untuk menggampangkan sesuatu- namun ternyata seleksi ini benar-benar menguras tenaga.Tugas sebanyak tujuh halaman double folio setiap harinya dengan waktu pengerjaan yang minim membuatku benar-benar terkejut. Kebiasaan sewaktu SMP seperti bermalas-malasan, bermain game, dan membaca komik menjadi sirna karena seleksi itu. Benar-benar aku terkejut karena jadwal seleksi yang sangat padat, jauh lebih padat daripada seleksi OSIS di SMP.
Setelah seminggu mengikuti seleksi, aku merasa lega karena bisa melewatinya. Namun sepertinya senior-senior kami berkehendak lain. Mereka berkata bahwa calon-calon dalam seleksi yang pertama masih sedikit yang mumpuni untuk menjadi Satgas sehingga kami disuruh untuk mencari teman lagi untuk mengikuti seleksi kedua. Sungguh aku yang dari awal mengikuti seleksi harus mengikuti seleksi ini selama 2 minggu! Singkat cerita hasil seleksi sudah diumumkan, puji Tuhan aku lolos dalam seleksi ini dan menjadi bagian dari Satgas 1718. Aku sangat bangga menapaki awal karirku dalam organisasi intra sekolah di SMANSA Singaraja.
Masa-masa awal menjadi Satgas sungguh berat untuk dilaksanakan. Kebiasaan SMP yang tidak bisa mengatur waktu masih melekat dalam diriku. Aku kalang kabut dalam mengikuti kegiatan-kegiatan Satgas yang sangat padat ditambah lagi tugas-tugas akademik di masa SMA ini jauh meningkat drastis kuantitasnya dibandingkan dengan pada masa SMP membuat diriku selalu tidak tenang setiap harinya. Dalam beberapa waktu aku merasa menyesal mengikuti banyak kegiatan di awal-awal sekolah. Apalagi di Satgas aku bergabung dalam peminatan Kamtib, semacam divisi di Satgas bagi yang nantinya berminat untuk bergabung dalam organisasi Kamtib yang sebenarnya. Di peminatan Kamtib ini tugas seperti patroli, razia, jaga telat, mengatur lalu lintas depan sekolah (PKS), dan lainnya dilaksanakan secara kolektif. Hampir setiap hari kami bertugas dibandingkan dengan Satgas peminatan OSIS atau DPS yang hanya bertugas pada hari-hari tertentu saja. Rasa tertekan selama bertugas bertambah dengan adanya evaluasi tiap kami melakukan kesalahan sekecil apapun. Dalam evaluasi ini awalnya aku mengira akan baik-baik saja, namun ternyata evaluasi Satgas merupakan momen yang nantinya aku anggap sebagai suatu hal yang menakutkan. 
Pada bulan Desember 2017, masa kepengurusan DOK 1617 akan segera berakhir dan akan segera digantikan dengan kepengurusan baru DOK 1718. Pada masa-masa transisi tersebut kami Satgas 1718 juga dilibatkan, baik pada kegiatan kampanye, sampai pada pembekalan. Bulan Desember ini menjadi bulan yang sangat berat bagiku. Untuk ketiga kalinya aku terkejut akan kehidupan keorganisasian di SMANSA Singaraja. Kali ini bahkan jauh lebih sibuk daripada waktu aku mengikuti seleksi Satgas. Pulang malam selama 2 minggu berturut-turut sudah menjadi hal biasa bagiku. Persiapan pembekalan yang begitu banyak mengharuskan kami calon DOK dan Satgas 1718 bekerja lembur bahkan tidak jarang sampai jam 12 malam. Pada titik ini aku mulai mengerti bahwa kehidupan organisasi intra SMANSA ini sungguh tidak boleh dianggap enteng.
Setelah masa pembekalan berakhir, mulai tanggal 2 Januari 2018 kami Satgas 1718 mulai bekerja dengan kakak baru kami, yaitu DOK 1718 yang notabenenya merupakan kakak kelas satu tingkat kami. Pada masa-masa bersama DOK 1718 ini pekerjaan serasa lebih santai karena tidak ada lagi evaluasi dadakan setiap kami melakukan kesalahan kecil. Kakak-kakak kami di DOK 1718 masih bisa menolerir kesalahan-kesalahan yang sifatnya kecil. 
Tantangan selanjutnya yang akan aku alami adalah bantara. Bantara merupakan suatu tingkatan di pramuka yang wajib dicapai oleh Satgas dan Satin (organisasi Sangga Inti yang ada di pramuka). Seorang Satgas wajib mencapai tingkat bantara karena merupakan salah satu syarat agar bisa menjadi panitia MPLS saat ia sudah menjadi DOK nantinya. Kegiatan bantara ini juga tidak kalah sibuknya dengan kegiatan pembekalan DOK Satgas. Kewajiban mencari SKU di tengah kesibukan sekolah menjadi tantangan tersendiri dalam bantara ini. Ditambah lagi evaluasi yang diadakan hampir setiap minggu menambah beban tekanan yang kami pikul.  Namun hal ini bisa kami pelajari sebagai suatu bekal untuk menjalani hidup kedepannya yang tidak mungkin mulus tanpa rintangan dan tekanan.

Senin, 27 Mei 2019

Contoh Esai Lolos Seleksi Belajar Bersama Maestro (dan secercah pengalaman)

Halo kawan-kawan! Pada post kali ini aku bakal mengshare sedikit tentang pengalamanku mengikuti seleksi program Belajar Bersama Maestro (BBM) yang diselenggarakan oleh Kemdikbud. Pertama kali mendengar adanya program ini saya sudah membayangkan betapa serunya program tahunan kemdikbud ini. Mengapa? karena sudah jelas program-program yang ditawarkan oleh Kemdikbud kepada siswa-siswi di seluruh Indonesia merupakan program-program berkulaitas yang top-markotop. Sudah beberapa kali aku mengikuti program-program yang diadakan oleh Kemdikbud (OSN dan lain sebagainya) dan tidak satu pun dari program tersebut yang mengecewakan. Oleh karena itu dalam hati aku berkata "nih program BBM pasti bakal seru deh."
Pada awalnya aku mulai mengulik website resmi BBM (nih linknya guys https://bbm.kemdikbud.go.id/). Syarat demi syarat, prosedur demi prosedur berusaha aku pahami. Dan ternyata salah dua syarat untuk mengikuti program tersebut adalah harus membuat esai sepanjang minimal 1000 kata dan membuat video promosi diri yang menampilkan bakat di bidang seni. Dengan tekun aku mulai membuat rancangan esaiku di secarik kertas, setelah idenya ku dapat baru lah kemudian aku mengetikannya di PC-ku. Esai ini kurang lebih aku buat selama dua minggu. Sistemnya yaa bisa dibilang dengan cara mencicil. Esai ini aku buat dengan sebaik-baiknya, pemilihan diksi dan kosa kata benar-benar aku perhatikan agar menarik minat juri yang membaca nantinya. Untuk esainya bisa dilihat di bawah yaa. (scroll down)
Yang sebenernya paling seru dalam pengalamanku ikut seleksi BBM ini adalah proses pembuatan videonya. Bayangkan saja, konsep videonya saja baru aku pikirkan H-12 jam! Waktu itu jam 13.00 WITA aku baru mulai mengambil secarik kertas dan menuliskan unek-unek yang bakal ditampilkan di video. Pukul 16.00 aku baru mengambil kamera. Bingung dengan siapa yang akan memvideokanku, langsung saja aku suruh adikku yang waktu itu belum mahir ngerekam pake kamera. Alhasil... videonya goyang broo...sumpah nggak stabil. Tapi walaupun begitu aku tetep bersyukur adikku mau ngerekam kakaknya ini. Gimana pun hasil rekamannya, tetap saja dia sudah berusaha sebaik-baiknya. Big thanks to my brother... Buat yang kepingin liat videonya bisa dicek di link https://youtu.be/YrGigtOSnII . 
Lanjut kemudian di proses editing... Nah ini sebenernya the core of the process. Dalam proses editing ini aku menggunakan software Adober Premiere (bajakan) Pro. Sebenernya software ini (dan software buat ngebajaknya juga dong) udah keinstal di laptopku tapi entah kenapa waktu itu Adobenya gabisa kepake karena dibilangnya masih pake yang gratisan alias software bajakannya gak jalan. Bingung bukan kepalang aku kemudian membanting-banting, memukul-mukul, dan membentak-bentak laptopku supaya software bajaknnya jalan. Tapi tetep saja tidak mau jalan. Sampai di sini tingkat usahaku sudah melampaui titik kefrustasian dan aku pun putus asa. Muncul niat untuk batal ikut program BBM. Tapi entah kenapa saat aku mengutak-atik software 'pembajak' Adobe Premiere tiba-tiba programnya jalan. Syukur bukan kepalang. Waktu itu jam di tangan sudah menunjukan pukul 10 malam. Dengan semangat bagai kuda akhirnya aku lanjutkan proyek videoku dan akhirnya bisa selesai tepat waktu. Yak TEPAT WAKTU, deadline jam 12 malam, selesainya jam 12 malam.
Setelah selesai mengupload videoku di Youtube dan mengisi kolom-kolom registrasi di website BBM akhirnya aku bisa tidur dengan tenang dan tinggal menunggu pengumumuan peserta yang terpilih untuk mengikuti program Belajar Bersama Maestro 2019.
Rabu, 22 Mei 2019. Tiba lah hari pengumuman peserta yang lolos. Dan dengan segala syukur, aku lolos untuk mengikuti Belajar Bersama Maestro Purwacaraka. Yeyy!

5169 woii

Namun sepertinya kesenanganku hanya sampai di situ saja. Setelah dilihat tanggal pelaksanaannya ternyata bersamaan dengan event lain (yang diadakan oleh Kemdikbud juga) yang berat untuk ditinggalkan. Dengan berat hati, tawaran mengikuti program Belajar Bersama Maestro aku batalkan. 
Untuk mengurangi dosa telah menolak tawaran ikut BBM ini, aku akan menshare esai buatanku yang membuat aku lolos dalam seleksi. Semoga bermanfaat buat kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti program Belajar Bersama Maestro.

Saya dan Kesenian
Oleh: I Wayan Nugraha Satya Ananda (SMAN 1 Singaraja)

Bali merupakan pulau dengan ribuan kekayaan seni dan tradisi. Terletak di antara gugusan Kepulauan Nusantara yang kaya akan keragaman budaya menjadikan Bali sebagai bagian penting dari kluster kesenian Indonesia. Kesenian-kesenian yang berkembang di Bali juga berhasil memalingkan perhatian sejuta turis dari berbagai belahan dunia untuk berkunjung ke pulau seribu pura ini. Tidak jarang pula kesenian-kesenian khas Bali seperti tari pendet, tari kecak, sendratari Ramayana, dan masih banyak lagi ditampilkan dalam berbagai pementasan kesenian internasional. Kesenian Bali yang kental akan ritual dan tradisi lokal berhasil memukau mata hadirin yang menyaksikan. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri lagi jika Bali yang terkenal dengan pariwisatanya berjaya dari kesenian yang hidup dan berkembang di masyarakatnya.

Saya lahir dan tumbuh di Buleleng, Bali dalam keluarga yang dekat dengan kesenian. Kakek dan nenek dari pihak ayah saya merupakan penyanyi kidung atau dharma gita, sebutan untuk lagu-lagu kerohanian Hindu. Sedangkan kakek dari pihak nenek saya merupakan pemain seruling bali dan gerantang, yaitu alat musik pukul yang terbuat dari bambu yang biasa dimainkan dalam tangga nada pentatonis. Tinggal di ujung utara pulau Bali, membuat saya lebih kenal dengan kebudayaan dan kesenian di daerah Bali utara. Bagi sebagian orang, daerah Bali Utara juga dikenal dengan sebutan Den Bukit yang artinya kurang lebih adalah “daerah nun disana di balik bukit.” Nama tersebut diberikan berdasarkan pada kondisi alamnya yang berada di sebelah utara bukit yang memisahkan antara Bali utara dan Bali selatan. Pada abad XVII masehi di daerah ini berdiri Kerajaan Buleleng yang terkenal dengan bala tentaranya yaitu Teruna Gowak. Kemudian, pada abad-abad selanjutnya daerah ini juga pernah menjadi pusat kekuatan VOC di Bali hingga menjadi medan pertempuran dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Berbagai peristiwa sejarah ini nantinya akan sangat memengaruhi perkembangan seni yang ada di Bali Utara, baik itu seni rupa, seni musik, maupun seni tari dan teater.

Apabila diperhatikan, kesenian-kesenian yang berkembang di daerah Bali, khususnya Buleleng kita akan lebih banyak melihat kesenian di bidang seni tari. Berbagai pertunjukan tari seperti tari Teruna Jaya, tari Megoak-goakan, tari Cendrawasih, tari Palawakya, serta masih banyak tari lainnya berasal dari daerah Buleleng atau Bali utara. Selain kesenian tari, kesenian musik tradisional juga cukup berkembang di daerah saya di antaranya seperti gong kebyar dan gumbyung yang merupakan kesenian musik khas Buleleng. Perkembangan yang sejalan antara seni tari dan musik tradisional merupakan suatu hal yang logis karena seni musik dan tari ibarat pinang dibelah dua. Musik tanpa tari terasa tidak lengkap sedangkan tari tanpa musik akan terasa hampa. Dan apabila keduanya digabungkan maka tercipta lah harmoni yang indah. Kedekatan saya dengan berbagai kesenian tari dan musik di daerah saya ini lah yang menjadi awal dari ketertarikan saya terhadap seni tari dan seni musik.

Di antara seni tari dan seni musik apabila disuruh memilih lagi maka saya akan memilih seni musik. Hal ini bukan berarti saya tidak tertarik dengan bidang-bidang seni yang lain, saya menyukai setiap karya dan proses-proses seni. Namun, oleh karena lingkungan saya lebih dekat dengan seni musik maka minat saya lebih tertuju pada seni musik itu sendiri. Saya sangat mencintai seluk beluk seni musik mulai dari musik lokal tradisional hingga musik-musik modern yang kekinian. Dalam beberapa kesempatan saya juga pernah unjuk diri bermain alat musik baik dihadapan teman-teman, keluarga, maupun dalam pementasan di sekolah. Selebihnya saya menikmati musik sebagai sarana untuk menghibur diri dan orang sekitar. Saya tidak pernah puas jika saya bisa memainkan satu alat musik. Dalam diri saya selalu ada keinginan untuk mempelajari alat-alat musik lainnya karena bagi saya hal itu merupakan tantangan yang sangat menarik untuk ditaklukan. Bukan hanya alat musik modern, alat musik tradisional bagi saya tidak kalah menarik untuk dipelajari. Namun dalam mempelajari beragam alat musik tentu akan ditemukan berbagai kendala. Kondisi seperti minimnya pelatih dan biaya kursus musik yang tidak murah menjadi kendala saya dalam mempelajari kesenian musik. Utamanya untuk mempelajari alat musik tradisional yang notabenenya pelatihnya sudah mulai berkurang dalam jumlah dan alat musiknya yang semakin sulit untuk didapat. Keadaan zaman yang semakin modern tampaknya sedikit demi sedikit mulai menggerus kesenian tradisional. Walaupun begitu jika kita bijak dalam menyikapi modernisasi sebenarnya modernisasi ini juga membawa berbagai dampak positif termasuk mempermudah mempelajari seni musik. Hampir tiga per empat pengetahuan music yang saya miliki saya dapatkan melalui menonton channel-channel Youtube yang menampilkan tutorial bermusik. Perkembangan teknologi informasi yang saat ini sudah cukup maju sebenarnya telah mampu untuk menghilangkan kendala-kendala yang muncul saat belajar seni musik, hanya saja diperlukan kesadaran untuk memanfaatkannya.

Melalui media-media yang ada di internet saya juga menjadi lebih mudah dalam mencari konten-konten musik berkualitas. Karya-karya dari berbagai musisi terkenal juga tidak lagi sulit untuk dijangkau. Salah satu musisi yang sangat saya kagumi baik secara personal maupun dari karya-karyanya adalah Virgiawan Listanto atau yang lebih dikenal dengan nama Iwan Fals. Beliau terkenal akan karyanya yang tidak lekang waktu. Musisi kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini memiliki ciri khas dalam setiap karyanya. Lagu-lagu ciptaannya sangat ekspresif dan selalu bisa menyentuh perasaan para pendengarnya. Tema lagu yang beliau bawakan berkaitan erat dengan kehidupan riil di masyarakat sehingga terkadang lagu-lagu karya Iwan Fals bisa menjadi begitu emosional ketika didengar. Ditambah lagi keberanian dan kejujuran Iwan Fals dalam menyisipkan kritik dan sindiran semakin menjadikan karya-karyanya begitu istimewa. Walaupun dalam perjalanan musiknya beliau sempat diteror karena karya-karyanya yang disisipi sindiran, hal tersebut tidak serta merta menyurutkan semangatnya untuk menjadi pembawa aspirasi rakyat melalui lagu-lagu ciptaanya.

Selain karya-karyanya yang enak didengar dan penuh makna, kharisma yang dimiliki Iwan Fals juga menjadi kelebihan dalam dirinya. Sesosok musisi ekspresif yang bisa membangkitkan semangat para pendengarnya sudah menjadi image yang melekat dalam diri Iwan Fals. Dalam beberapa kesempatan Iwan Fals juga sempat mengadakan bakti sosial bersama para penggemarnya yang tergabung dalam OI (Orang Indonesia). Pada bulan Oktober 2016 lalu contohnya. Beliau bersama anggota OI melaksanakan agenda bersih-bersih pantai di Penimbangan, Singaraja, Bali. Kepekaan sosial, rasa peduli lingkungan, dan kedekatannya dengan para penggemarnya ini lah yang juga menjadi poin kekaguman saya kepada Iwan Fals. Kekaguman saya terhadap tokoh seni musik ini berhasil menjadi pelecut semangat saya untuk semakin mendalami dunia musik.

Untuk mendalami seni musik, saya melakukan berbagai usaha agar saya mendapat akses terhadap sumber-sumber belajar musik. Mencari sumber di internet menjadi pilihan utama saya sebab selain mudah, hal ini juga murah karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Namun, lama-kelamaan saya menyadari bahwa sosok maestro sangat saya perlukan guna mendapat motivasi dan inspirasi. Hingga pada suatu saat saya diberi tahu oleh teman saya mengenai program Belajar Bersama Maestro ini. Saya kemudian mencari info lebih lanjut mengenai program ini baik melalui website resmi BBM, Instagram, maupun youtube. Ketertarikan saya terhdap program BBM ini pun muncul. Alasan saya tertarik dengan program ini adalah karena saya ingin mengasah dan memperdalam lagi kemampuan saya di bidang seni, terutama seni musik sehingga saat saya pulang nanti bisa membagikannya kepada teman-teman saya di Singaraja. Saya juga ingin menambah relasi dan koneksi dengan teman-teman dari seluruh daerah Indonesia dan saya yakin dengan mengikuti program ini saya akan menjadi mempunyai lebih banyak kenalan. Untuk maestro saya memilih Bapak Purwacaraka karena beliau merupakan sosok musisi dengan karya-karya beserta aransemennya yang sangat mengaggumkan. Dengan mendirikan sekolah music Purwacaraka Music Studio, beliau juga merupakan sosok guru music yang saya yakini memiliki Teknik mengajar seni yang mumpuni. Beliau juga merupakan sosok yang menginspirasi sehingga saya sangat berminat belajar bersama maestro Purwacaraka.




Kamis, 03 Januari 2019

Koleksi Tanaman Paku Kebun Raya Eka Karya: Nenek Moyang Kerajaan Tumbuhan

DJI 0128 Bali Botanic Garden.jpg
Kebun Raya Eka Karya
(sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Bali_Botanic_Garden)

Kebun Raya Eka Karya, Bedugul, Bali menyimpan sejuta keberagaman flora yang tertata dalam satu area konservasi. Kebun botani yang terletak pada ketinggian 1.250 mdpl-1.450 mdpl ini telah menjadi objek wisata sekaligus areal konservasi bagi spesies-spesies tumbuhan tropis Indonesia dan dunia sejak tahun 1959. Walaupun pada awal pendiriannya kebun raya ini dikhusukan untuk mengoleksi tumbuhan Gymnospermae (tumbuhan berdaun jarum), namun seiring dengan perkembangannya kini Kebun Raya Eka Karya telah memiliki koleksi flora yang sangat beragam, salah satunya adalah koleksi tanaman paku.
Tumbuhan paku merujuk pada kingdom tumbuhan dengan divisi Lycopodiophyta dan Pteridophyta. Tumbuhan ini berkembang biak dengan melepaskan spora seperti pada lumut dan jamur. Jika kondisinya memungkinkan spora akan tumbuh menjadi tumbuhan paku dewasa. Dengan cara berkembang biak yang demikian tumbuhan paku dapat ditemukan hampir di seluruh bagian dunia termasuk daerah yang tidak subur untuk pertanian.
Tumbuhan paku juga termasuk salah satu jenis tumbuhan tertua di dunia. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari fosil paku purba, spesies tumbuhan paku diketahui telah berkembang di bumi sejak zaman silurian atau sekitar 440 sampai 410 juta tahun yang lalu. Hal ini berarti tumbuhan paku telah menjadi perintis bagi munculnya tumbuhan darat lainnya. Dengan demikian tidak salah jika kita menyebut tumbuhan paku sebagai nenek moyang dari kerajaan tumbuhan.
Indonesia sebagai habitat dari 3000 spesies tumbuhan paku yang ada di dunia telah melakukan berbagai upaya konservasi untuk mencegah punahnya beberapa spesies paku yang terancam. Walaupun paku menjadi divisi tumbuhan pertama yang hidup di bumi, sebagian besar spesies paku pertama ini telah punah sehingga konservasi terhadap spesies paku-pakuan yang terancam punah perlu untuk dilakukan. Salah satu tempat konservasi tumbuhan paku yang terancam punah ini adalah Kebun Raya Eka Karya. Kebun raya ini telah menjadi situs kebun botani dengan lebih dari 80 spesies tumbuhan paku-pakuan yang berasal dari Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Koleksi tumbuhan paku ini ditata dalam areal seluas 2 hektar dan diberi nama Taman Cyathea yang berasal dari nama marga tumbuhan paku yang banyak ditemukan di sekitar situs kebun botani ini.
Pintu masuk Taman Chytachea di Kebun Raya Eka Karya, Bedugul, Tabanan, Bali | Foto: Anton Muhajir
Pintu masuk Taman Cyathea yang berupa tiruan dinosaurus
menunjukkan kesan purba pada taman ini (foto: Anton Muhajir)
 Salah satu spesies tumbuhan paku yang ada di Taman Cyathea adalah spesies paku kidang Dicksonia blumei. Dicksonia blumei dianggap berkerabat dengan Cyathea tetapi lebih primitif berdasarkan catatan fosil (Large dan Braggins, 2004). Spesies ini tergolong langka sehingga dimasukkan dalam jenis prioritas konservasi kategori B, yaitu merupakan kelompok jenis dengan prioritas kedua atau dengan kata lain aksi konservasinya masih bisa ditunda (Risna et al., 2010). Ciri utama Dicksonia blumei yaitu batang mencapai tinggi kurang lebih 6 m dan pada pangkalnya diselimuti oleh rambut-rambut berwarna kemerahan mengkilat dengan panjang 30–50 mm. Rambut-rambut tersebut menyebar pada pangkal ental daun. Bila dilihat dari jarak jauh, tampak seperti kulit hewan kijang (Holttum, 1963). Konservasi terhadap paku jenis ini telah diatur dan diawasi dalam undang-undang internasional. Selain paku kidang, spesies-spesies paku langka seperti Cyathea contaminans dan Cyathea latebrosa juga menjadi salah satu koleksi tumbuhan paku di situs kebun botani ini.
Image result for paku dicksonia blumei
Dicksonia blumei
               
Dengan koleksi lebih dari 80 spesies tumbuhan paku yang di dalamnya termasuk spesies langka yang terancam punah, Kebun Raya Eka Karya telah menjadi situs konservasi sekaligus tempat wisata edukatif untuk mengenal lebih dekat tumbuhan paku-pakuan yang merupakan nenek moyang dari kerajaan tumbuhan.

Sumber:
I. D. P. Darma. 2015. Habitat Alami Tumbuhan Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) Di Kawasan Hutan Bukit Tapak Pulau Bali. Buletin Kebun Raya. 18(1).